GEOLOGI DAN GORONTALO OUTER RING ROAD.
Pemerataan Pembangunan merupakan salah satu program Pemerintah Indonesia. Sarana infrastruktur daerah berfungsi sebagai penunjang berkembangnya suatu daerah. Oleh karenanya, pemerintah daerah di seluruh Indonesia tengah giat melakukan pembangunan infrastruktur daerah, salah satunya jalan raya.
Pembangunan infrastruktur daerah Gorontalo berfokus pada pemerataan pembangunan dan penjaminan ketersediaan infrastruktur daerah. Hal ini termasuk dalam 8 (delapan) program unggulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Gorontalo tahun 2017-2022.
Proyek Prioritas Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Indonesia
GORR merupakan proyek pembangunan jalan tol lingkar Gorontalo. Proyek ini termasuk dalam prioritas I pembangunan daerah dalam RPJMD Gorontalo. Jalan lingkar ini dibangun untuk menghubungkan bandara Djalaluddin Gorontalo menuju ke Kota Gorontalo. Ini merupakan mega proyek pemerintah Gorontalo. Proyek ini menghabiskan dana yang cukup besar dan ditargetkan selesai pada tahun 2019. Namun, pembangunan ini terkendala oleh longsor yang terjadi di beberapa titik. Permasalahan ini tentu saja memerlukan dana penanggulangan yang seharusnya tidak diperlukan.
Salah satu aspek penting yang harus diketahui ialah kondisi morfologi dan geologi suatu daerah. Survei geologi dibutuhkan untuk perencanaan dan pencegahan bencana geologi. Bencana geologi seperti longsor atau gerakan tanah sering menjadi permasalahan utama dalam proyek pembangunan jalan.
Gorontalo Outer Ring Road dan Patahan Gorontalo (Gorontalo Fault)
Sesar yang terdapat pada Gorontalo (Surmont dkk, 1994)
Daerah GORR secara regional termasuk dalam zona Patahan Gorontalo (Surmont dkk, 1994) yang memanjang dari daerah Teluk Kwandang hingga ke daerah Leato dengan melewati Danau Limboto. Patahan ini termasuk sebagai patahan aktif dengan pergerakan 8 mm/tahun (Bachri, 2011). Akibat dari zona patahan ini mengakibatkan adanya patahan-patahan minor di sepanjang jalur zona Patahan Gorontalo.
Keberadaan patahan Gorontalo ini merupakan hasil dari tunjaman (subduction) pada Laut Sulawesi (Watkinson dan Hall, 2016) dan merupakan salah satu penyebab gempa dan gerakan tanah. Dilansir dari okezone.com, salah satu aktivitas gempa bumi pada 15 juli 2017 disebabkan oleh aktivitas patahan Gorontalo. Bukti ini menjelaskan status patahan Gorontalo merupakan patahan aktif yang hingga saat ini masih mengalami pergerakan.
Kondisi Geologi daerah GORR
Proses pembangunan infrastruktur daerah perlu memerhatikan beberapa aspek sebelum pembangunannya. Aspek tersebut antara lain kondisi morfologi, kelerengan, dan geologi suatu daerah.
Gorontalo Outer Ring Road (GORR) dibangun melewati kondisi geologi yang bervariasi. Setiap kondisi geologi, meliputi aspek morfologi, litologi atau batuan, dan kemiringan lereng. Perbedaan kondisi geologi ini dapat mempengaruhi terjadinya longsor atau gerakan tanah. Setiap kondisi geologi yang berbeda memiliki mekanisme yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan yang terdapat di sepanjang ruas jalan GORR terdiri dari batuan sedimen dan beku. Batuan sedimen yang terdapat pada lokasi merupakan batu gamping klastik. Karakteristik batugamping mudah terlarutkan oleh air (solusional). Karakteristik ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya longsoran.
Salah satu Longsoran pada GORR
Batuan beku pada daerah ini tergolong sangat solid. Namun, kondisi batuan mengalami perekahan yang intensif, dipengaruhi oleh patahan Gorontalo. Hal ini mengakibatkan sering terjadinya longsoran dengan material berupa bongkah. Longsoran ini sangat membahayakan dikarenakan material penyusunnya adalah batuan.
Pengukuran struktur geologi seperti yang dipublikasikan penulis dalam Jurnal Geomine (April, 2018) mengungkapkan bahwa arah tegasan utama berarah relatif Timur-Barat dengan dip direction relatif ke Selatan. Kedudukan bidang gelincir ialah N 126o E/21o SW. Hasil rekonstruksi tipe longsoran menunjukkan tipe plane failure.

Salah satu titik longsoran yang secara administratif berada di Kelurahan Isimu Raya menunjukkan tipe longsoran luncuran (sliding). Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan pada bidang gelincir yang menunjukkan jejak pergeseran berupa seretan. Kedalaman bidang gelincir diperkirakan sekitar 9 meter dari permukaan tanah yang didapatkan melalui analisis data geofisika. Hasil penelitian berdasarkan analisis data geofisika akan dipresentasikan tim penulis dalam International Conference TREPSEA 2018 yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2018.
Perbedaan mekanisme longsoran ini memerlukan penanganan yang berbeda tergantung pada kondisi yang teramati di lapangan. Metode penanganan ini perlu disesuaikan dan dikondisikan dengan mekanisme pergerakan longsoran di daerah GORR. Adanya penyelidikan mekanisme longsoran ini dapat mencegah dan mengurangi potensi longsor dan mengetahui cara penanganan apabila terjadi longsor. Dengan adanya penyelidikan awal mengenai mekanisme longsoran, kita dapat mengefisienkan anggaran dana dan waktu pembangunan sesuai jadwal yang ditargetkan.
Oleh karenanya, sebelum proyek pembangunan perlu dilakukan survei geologi untuk menjelaskan mekanisme longsoran yang terjadi. Perlu adanya pengkajian mengenai mekanisme longsoran sehingga dapat meminimalisir pengeluaran biaya serta demi keamanan jalan tol lingkar Gorontalo. Dengan mengetahui mekanisme longsorannya, pengambilan langkah pencegahan dan penanggulangannya dapat dilakukan dengan efisien. Tahun 1779, geologi pertama kali diperkenalkan sebagai istilah yang baku, maka di zaman milenial ini di mana ilmu pengetahuan berkembang demikian pesat, geologi bukanlah barang baru dalam pekerjaan keteknikan.
-----
Penulis adalah Tim PKM-PE (Program Kreativitas Mahasiswa – Penelitian) yang terdiri dari 3 mahasiswa Teknik Geologi UNG (Fauzul C.A Usman, Reski F. Duwingik, dan Della N. Kasim) dengan dosen pendamping I.N Manyoe. Penelitian di GORR didanai oleh KEMENRISTEKDIKTI.



Tingginya intensitas gempa diwilayah Provinsi Gorontalo, menjadikan gorontalo sebagai salah satu provinsi dengan tingkat bahaya gempa yang cukup tinggi, untuk itu perlu adanya pengetahuan akan gempa sejak dini.
Melihat hal ini, Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian (ITK), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNG atas nama Reskiyanto Fauzi Duwngik, Della Nawarita P. Kasim, Fahmi Idris, Revaldi Helamsyah, Rachmat Ramadhan didampingi pembimbing mereka Dr. Sc, Yayu Indriati Arifin M.Si mencoba mengembang sebuah program yang diberi nama Media PIPI DAN KENING di SDN 23 Kwandang Desa Masuru, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalu Utara, Provinsi Gorontalo.
PIPI DAN KENING sendiri merupakan kepanjangan dari Pyramid Holographic And Earthquake Fun Learning dimana setiap siswa akan diperkenalkan mengenai apa itu gempa, penyebab gempa, bahaya gempa, dan juga apa yang dilakukan ketika terjadi gempa. Konsep ini sendiri menggunakan hologram sederhana yang dikombinasikan dengan lagu. Penggunaan media hologram ini ditujukan untuk meningkatkan daya tangkap siswa dalam proses pembelajaran. Media ini lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah, karena menunjukan suatu hal yang baru kepada siswa. Selain itu, media fun learning atau belajar sambil bermain adalah proses pembelajaran kepada siswa yang membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan serta tidak mudah bosan.


SM-IAGI UNG

{picture#https://pbs.twimg.com/profile_images/497585628695891970/5H6NQcSq.jpeg} SM-IAGI UNG | Seksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia Universitas Negeri Gorontalo | Ekstraksi - Konservasi - Mitigasi {facebook#http://www.facebook.com/smiagiung} {twitter#http://twitter.com/smiagiung} {google#http://plus.google.com/+SMIAGIUNG} {pinterest#http://www.pinterest.com/smiagi} {youtube#http://www.youtube.com/channel/UC6ajXFGGmFmwwt-fsxNqsigL} {instagram#http://instagram.com/smiagiung}
Powered by Blogger.