You Rocks - Sehidup Semati Dengan Batu

Siklus batuan terdiri dari serangkaian proses yang konstan di mana batuan berubah dari satu bentuk ke bentuk lain dari waktu ke waktu. Sama halnya dalam siklus air dan siklus karbon, beberapa proses dalam siklus batuan ada yang terjadi selama jutaan tahun dan ada juga yang terjadi secara singkat. Untuk lebih mengetahui proses-proses apa saja yang ada dalam siklus batuan, ada baiknya kita mulai dari sumber utamanya, yaitu Magma!

Siklus Batuan - Magma - Beku - Sedimen - Metamorf - SM IAGI UNG

Pada skema siklus batuan di atas; kotak putih mewakili material-material bumi dan anak panah mewakili proses yang mengubah material tersebut. Proses diberi nama dengan tulisan miring di samping anak panah. Energi berasal dari dua sumber utama, yaitu matahari dan panas dari dalam bumi. Matahari berperan dalam proses permukaan seperti pelapukan, erosi, dan transportasi. Sedangkan energi panas dari dalam bumi berperan dalam proses subduksi, pembentukan magma dan metamorfisme. Kompleksitas diagram mencerminkan kompleksitas nyata dalam siklus batuan di bumi. Perhatikan bahwa ada banyak kemungkinan yang mungkin terjadi disepanjang rangkaian proses siklus batuan.

Magma & Batuan Beku

Magma terbentuk hanya pada lokasi-lokasi tertentu di dalam bumi, sebagian besar terbentuk di sepanjang batas lempeng. Ketika magma membeku, magma akan membetuk kristal/mineral, sama halnya dengan kristal es yang terbentuk ketika air didinginkan. Proses ini terjadi di banyak tempat di Indonesia, di mana magma keluar dari proses erupsi gunung api dan membeku di permukaan bumi, membentuk jenis batuan ekstrusif (misalnya: basal atau andesit) di sisi-sisi gunung api. Namun ada juga magma yang membeku di dalam kerak bumi sebelum mencapai permukaan. Jauh di bawah permukaan kerak benua, di zona-zona subduksi di Indonesia, magma membeku membentuk jenis batuan intrusif (misalnya: granit dan diorit). Batuan yang terbentuk dari pembekuan magma disebut batuan beku. Jika membeku di bawah permukaan disebut intrusif, dan jika membeku di permukaan disebut ektrusif.

Gunung Soputan - Sulawesi Utara - Indonesia - PMI Sulut
Gunung Soputan - Sulawesi Utara - Indonesia. (Sumber: PMI Sulut)
Pengangkatan, Pelapukan, & Erosi

Jenis batuan seperti basal, karena terbentuk di permukaan bumi, maka akan segera terpapar dengan atmosfer dan cuaca. Berbeda dengan batuan yang terbentuk di bawah permukaan bumi, seperti granit, untuk bisa tersingkap di permukaan, batuan ini harus terangkat dulu melalui proses tektonik dan kemudian lapisan-lapisan batuan lain di atasnya harus hilang melalui proses erosi. Pada kedua kasus tersebut, segera setelah batuan tersingkap di permukaan bumi, maka proses pelapukan pun dimulai.

Pelapukan pada batuan terjadi karena reaksi fisik dan kimia yang disebabkan oleh interaksi udara, air, dan organisme. Setelah batuan lapuk, angin, air, dan gletser mengikis batuan tersebut menjadi material sedimen melalui proses yang disebut erosi.

Air merupakan faktor yang paling umum dari erosi - Sungai Bone, Sungai Bulango, dan Sungai Boliyohuto adalah sungai-sungai besar yang ada di Gorontalo, yang mengangkut berton-ton material sedimen hasil pelapukan dan erosi dari hulu di daerah pegunungan sampai ke dasar laut setiap tahunnya. Material sedimen yang membentuk point bar dan channel bar Sungai Bone di daerah Botupingge dan sekitarnya kini masih terus dimanfaatkan masyarakat lokal untuk ditambang, dijual dan didistribusikan ke daerah lain sebagai bahan bangunan.

Sungai Bone dan Bulango
Alur transport material sedimen dari pengunungan sampai ke muara sungai di daerah Gorontalo.
Batuan Sedimen

Dalam kondisi alami, endapan material sedimen muda mengubur endapan yang lebih tua, tekanan yang dihasilkan akan membuat endapan lebih tua menjadi kompak. Ketika air bergerak masuk ke material sedimen, mineral seperti kalsit dan silika yang terlarut akan terendap dan mengisi rongga antar butir dan bertindak sebagai semen, merekatkan butiran sedimen satu sama lain. Proses kompaksi dan sementasi ini nantinya akan membentuk jenis batuan sedimen seperti batupasir, batulempung, konglomerat atau breksi. Pembentukan tersebut sekarang sedang berlangsung di dasar muara, delta atau palung yang ada di Indonesia.

Peta yang menunjukan busur gunungapi dan zona subduksi di Indonesia
Peta yang menunjukan busur gunungapi dan zona subduksi di Indonesia.
(Seismic Atlas of SE Asian Basins)
Karena pengendapan sedimen terjadi secara siklus musiman atau tahunan, kita akan sering melihat adanya bentuk lapisan-lapisan pada singkapan batuan sedimen. Tersingkapnya batuan sedimen di permukaan harus mengalami pengangkatan oleh proses tektonik. Pada umumnya pengangkatan terjadi di batas lempeng subduksi, dimana dua lempeng bergerak kearah satu sama lain dan menyebabkan kompresi. Alhasil, jika batuan sedimen tersebut terbentuk di lingkungan laut, maka kita akan menemukan singkapan batuan dengan kandungan fosil organisme laut di pegunungan. Contohnya tidak perlu jauh-jauh ke Gunung Everest! Pegunungan dan perbukitan sekitar Danau Limboto, dan di sepanjang jalan kawasan pantai Leato-Bongo tersusun atas jenis batuan sedimen laut dangkal. Menurut Peta Geologi Lembar Tilamuta (Skala 1:250.000) - P3G, daerah tersebut tersusun atas kalkarenit, kalsirudit, dan gamping koral dengan kandungan sisa-sisa orgnisme laut.

Singkapan ketidak selarasan antara batuan vulkanik dengan batugamping di daerah perbukitan bagian selatan danau limboto - gorontalo.
Singkapan ketidakselarasan antara batuan vulkanik dengan batugamping
di daerah perbukitan bagian selatan Danau Limboto - Gorontalo.
Singkapan batupasir karbonatan di pulau saronde - gorontalo utara
Singkapan batupasir karbonatan di Pulau Saronde - Gorontalo Utara.
Metamorfisme

Jika batuan sedimen atau batuan beku intrusif tidak tersingkap ke permukaan bumi dalam proses pengangkatan atau pun erosi, kedua jenis batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam batuan itu terkubur, maka semakin besar kemungkinan untuk terpapar suhu dan tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresi tektonik dan energi panas dari dalam bumi, yang nantinya dapat mengubah batuan tersebut. Jenis batuan yang telah terubah di bawah permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan, dan kontak magma disebut batuan metamorf.

Singkapan filit - jenis batuan metamorf - di sungai luk ulo - karangsambung - jawa tengah
Singkapan filit (jenis batuan metamorf) di Sungai Luk Ulo - Karangsambung - Jawa Tengah
Ahli geologi sering menyebut batuan metamorf sebagai batuan yang telah “dimasak” karena proses perubahannya hampir sama dengan yang terjadi pada adonan kue ketika dipanaskan.  Adonan kue dan kue nya itu sendiri mengandung bahan-bahan yang sama, namun memiliki tekstur yang sangat berbeda. Sama halnya pada batupasir (batuan sedimen) dan kuarsit (hasil metamorfosis dari batupasir). Butiran individu pasir yang ada pada batupasir sangat mudah terlihat bahkan beberapa mudah dicopot. Sedangkan pada kuarsit, butiran pasir sudah tidak terlihat lagi, dan cukup keras untuk dipecahkan dengan palu.

Setiap jenis batuan akan terangkat dan tersingkap, kemudian mengalami pelapukan dan erosi. Beberapa diantaranya dapat terkubur dan bermetamorfosis. Proses-proses tersebut telah terjadi selama jutaan dan miliaran tahun yang lalu untuk menciptakan bumi seperti yang kita lihat sekarang ini, sebuah planet yang dinamis. Sebagaimana yang dikatakan oleh Hutton, “The Present Is The Key To The Past” – saat ini adalah kunci menuju masa lalu. Yang berarti, apa yang terjadi saat ini, juga terjadi di masa lalu.
-----
  • Best, Myron G. (2002). Igneous and Metamorphic Petrology, 2nd Edition. Wiley-Blackwell.
  • Jackson, J. A. (1997). Glossary of Geology, 4th Edition. American Geological Institute.
  • Stow, D. A. V. (2005). Sedimentary Rocks in the Field: A Color Guide. Academic Press.

Pembalikan Medan Magnet Bumi - The Earths Latest Magnetic Field Reversal

Telah diketahui sejak lama bahwa medan magnet bumi telah terbalik secara berkala di masa lampau, dimana kutub utara magnet akan menjadi kutub selatan magnet bumi, begitu juga sebaliknya, yang kemudian digunakan oleh para ilmuan dalam pengembangan teori tektonik lempeng (selengkapnya: bukti pemekaran samudera).

Pembalikan medan magnet
Pembalikan medan magnet bumi telah terjadi sebanyak ratusan kali
selama sejarah geologi. (Gambar: INGV)
Peristiwa terakhir pembalikan medan magnet bumi ini disebut oleh para ahli geologi sebagai "Matuyama-Brunhes Boundary" (MBB). Nama tersebut diambil dari dua nama geofisikawan dunia yaitu: Motonori Matuyama dan Bernard Brunhes. Peristiwa ini diperkirakan terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu. MBB merupakan salah satu dari daftar Global Boundary Stratotype Sections and Points (GBSSP), yang dipilih oleh International Commission on Stratigraphy sebagai penanda untuk awal Pleistosen Tengah, juga dikenal sebagai Ionian Stage. MBB sangatlah penting dalam mengkalibrasi umur batuan dan peristiwa geologi lainnya yang terjadi di masa lampau. Namun, umur peristiwa MBB ini masih terus diperbaiki karena adanya ketidakpastian dalam metode penanggalan umur yang telah digunakan sebelumnya.

Sebuah tim peneliti yang berbasis di Jepang dan Kanada telah memperoleh data umur baru untuk peristiwa MBB. Tim ini mempelajari debu vulkanik yang terendapkan tepat sebelum peristiwa MBB. Debu vulkanik ini mengandung kristal kecil yang disebut zircon. Beberapa dari kristal ini terbentuk pada saat yang sama saat debu vulkanik diendapkan. Dengan demikian, penanggalan radiometrik dari zircon ini menggunakan metode uranium-lead (U-Pb) untuk mendapatkan umur yang tepat dari debu vulkanik. Untuk memverifikasi temuan mereka, para peneliti juga menggunakan metode yang berbeda untuk mengetahui umur batuan sedimen yang diambil dari tempat yang sama. Hasil penggabungan menunjukkan bahwa umur MBB adalah 770.2 ± 7.3 ribu tahun yang lalu. Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal Geology.

Matuyama Brunhes boundary - MBB in Chiba Prefecture, Japan.
Foto yang memperlihatkan penampang geologi dari Matuyama-Brunches Boundary, di Chiba Prefecture, Jepang. (a) Overview dari penampang Chiba. (b) dan (c) tampilan close-up dari lapisan debu vulkanik (Byk-E) berada tepat dibawah MBB. Panjang mistar (b) dan diameter koin (c) masing-masing adalah 1.25 m dan 2 cm. (Gambar: NIPR, Jepang)
Dr. Yusuke Suganuma - National Institute of Polar Research, yang merupakan penulis utama, mengatakan: "Penelitian ini adalah yang pertama dalam membandingkan secara langsung data penanggalan radiometrik debu vulkanik, penanggalan batuan sedimen, dan pembalikan geomagnetik untuk Matuyama-Brunhes Boundary. Hasil kerja kami memberikan kontribusi dalam mengkalibrasi skala waktu geologi, dan akan sangat penting dalam studi-studi lain di masa depan tentang peristiwa-peristiwa geologi yang terjadi saat ini."
-----
Salam,
@EFBumi

Jurnal Terkait:
Suganuma, Y., Okada, M., Horie, K., Kaiden, H., Takehara, M., Senda, R., Kimura, J., Kawamura, K., Haneda, Y., Kazaoka, O. and Head, M.J. 2015. Age of Matuyama-Brunhes boundary constrained by U-Pb zircon dating of a widespread tephra. Journal Geology. v. 43 no. 6 p. 491-494

SM-IAGI UNG

{picture#https://pbs.twimg.com/profile_images/497585628695891970/5H6NQcSq.jpeg} SM-IAGI UNG | Seksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia Universitas Negeri Gorontalo | Ekstraksi - Konservasi - Mitigasi {facebook#http://www.facebook.com/smiagiung} {twitter#http://twitter.com/smiagiung} {google#http://plus.google.com/+SMIAGIUNG} {pinterest#http://www.pinterest.com/smiagi} {youtube#http://www.youtube.com/channel/UC6ajXFGGmFmwwt-fsxNqsigL} {instagram#http://instagram.com/smiagiung}
Powered by Blogger.