SULAWESI: PULAU TERBALIK (?)
Seluruh isi dari tulisan ini merupakan repost dan sudah mendapatkan izin dari owner-nya.

SM IAGI UNG - Geologi Sulawesi - Sukamto 1990Dalam skala pulau, Sulawesi adalah contoh terbaik di Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia, bagaimana fenomena collision dan post-collision tectonic escape terjadi.
---
Sulawesi adalah salah satu pulau dengan bentuk paling ganjil di dunia, orang sering menyebutnya dengan pulau berbentuk huruf “K”. Pulau ini umum juga disebut sebagai disusun oleh empat lengan (arm): lengan selatan, lengan utara, lengan timur, dan lengan tenggara. Di Lengan Selatan ada kota besarnya, Makassar. Di Lengan Utara ada Manado, di Lengan Timur ada Luwuk, dan di Lengan Tenggara ada Kendari. Yang menambah keganjilannya lagi adalah bahwa di sebelah timur Sulawesi ada dua kepulauan yang seperti menabrak Sulawesi dari sebelah timur, yaitu Kepulauan Banggai-Sula yang menabrak Lengan Timur Sulawesi, dan Kepulauan Buton-Tukang Besi yang menabrak Lengan Tenggara Sulawesi.
Keganjilan bentuk pulau Sulawesi ini telah menarik perhatian para ahli biogeografi seperti Alfred Russel Wallace, juga kemudian banyak ahli geologi. Penyelidikan fauna yang dilakukan Wallace di Sulawesi pada 1857 menemukan bahwa fauna-fauna di Sulawesi sangat bervariasi, ada yang sebagian mirip dengan fauna-fauna Asia/Oriental, ada yang sebagian mirip dengan fauna-fauna Australia, dan ada fauna-fauna yang seolah bentuknya transisi dan menjadi khas (endemic) untuk Sulawesi saja tak ditemukan di tempat lain. Walace pun pada saat itu sudah punya kecurigaan bahwa variasi fauna di Sulawesi ini akibat geologi Sulawesi, seperti ditulisnya di sebuah jurnal:
“Facts such as these can only be explained by a bold acceptance of vast changes in the surface of the earth. The great Pacific continent, of which Australia and New Guinea are no doubt fragments, probably existed at a much earlier period, and extended as far westward as the Moluccas. The extension of Asia as far to the south and east as the Straits of Macassar and Lombock must have occurred subsequent to the submergence of both these great southern continents.” (On the Zoological Geography of the Malay Archipelago - Alfred Russel Wallace, 1859)
Kecurigaan Wallace itu kemudian terbukti secara geologi ketika Sulawesi dianalisis menggunakan teori tektonik lempeng (analisis tektonik lempeng Sulawesi dipelori oleh Sukamto, 1975) bahwa Sulawesi merupakan pulau yang dibangun oleh benturan antara massa dari Sundaland (Indonesia Barat) dan massa dari Australia dan massa samudera yang semula terletak di antara Sundaland dan Australia sebelum keduanya berbenturan. Secara sederhana, bisa disebut bahwa Sulawesi Barat (termasuk Sulawesi Selatan) adalah bagian Sundaland yang berpindah ke timur menempati posisinya sekarang sejak sekitar 50 juta tahun lalu dengan terbukanya Selat Makassar, Sulawesi Utara merupakan busur kepulauan yang terjadi di tempat sejak 50 juta tahun lalu juga, Sulawesi Tengah-Sulawesi Timur-Sulawesi Tenggara merupakan wilayah benturan yang disusun oleh batuan samudera dan batuan metamorf hasil subduksi dan benturan yang sangat rumit yang terjadi antara 30-5 juta tahun yang lalu. Dan Kepulauan Banggai-Sula serta Buton-Tukang Besi benar-benar merupakan mikrokontinen (benua kecil) asal Australia yang menubruk Sulawesi Timur diperkirakan antara 15-5 juta tahun yang lalu.
Geologi Sulawesi menurut kemajuan penelitian-penelitian sekarang bahkan jauh lebih kompleks lagi bila dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian pada 5-15 tahun yang lalu. Sekarang di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat diyakini ada mikrokontinen pra-Tersier yang menyusup, Teluk Bone yang sangat dalam dan terbuka dengan cara Selat Makassar terbuka, juga ada Teluk Tomini/Cekungan Gorontalo yang penuh enigma, teka-teki, dan kemungkinan juga menyimpan mikrokontinen seperti di Sulawesi Barat asal Australia. Beberapa makalah di jurnal-jurnal maupun di pertemuan-pertemuan ilmiah pernah dipublikasikan untuk menginformasikannya. Saya sendiri pernah menuliskannya beberapa kali, misalnya: Satyana et al. (2011: Tectonic Evolution of Sulawesi Area: Implications for Proven and Prospective Petroleum Plays – pertemuan ilmiah IAGI & HAGI, Makassar, September 2011) dan Satyana (2014: New Consideration on the Cretaceous Subduction Zones of Ciletuh-Luk Ulo-Bayat-Meratus: Implications for Southeast Sundaland Petroleum Geology, annual convention Indonesian Petroleum Association May 2014).
---
Bahwa Pulau Sulawesi masa kini adalah pulau yang telah terbalik pernah diduga oleh beberapa peneliti meskipun saya tak menemukan publikasinya. Masalah ini lalu saya teliti secara pribadi dan publikasikan di simposium internasional yang disebut Jakarta 2006 Geoscience Conferences and Exhibition (diselenggarakan oleh organisasi-organisasi profesi kebumian di Indonesia dan beberapa organisasi profesi internasional) dengan menampilkan makalah berjudul “Docking and Post-Docking Tectonic Escapes of Eastern Sulawesi : Collisional Convergence and Their Implications to Petroleum Habitat” (Satyana, 2006).
Inti makalah ini adalah bahwa Pulau Sulawesi yang sekarang seperti dua busur pulau sejajar barat dan timur serta arahnya cekung ke timur itu, sebenarnya kedua busur itu dulu cembung ke arah timur, atau cekung ke arah barat. Maka bila ia kini cekung ke arah timur berarti pulau ini sudah terbalik, yaitu arah, atau polaritas busur-busurnya sudah terbalik. Bagaimana bisa? Saya menerangkannya sesuai dengan judul makalah: oleh mekanisme docking dan post-docking tectonic escape.
SM IAGI UNG - Post-docking structures of Sulawesi represent model of escape tectonics - Satyana 2006DOCKING & POST-DOCKING TECTONIC ESCAPE, docking artinya menempel dan membentur, post-docking artinya setelah benturan, tectonic escape artinya “pelarian tektonik” yaitu gejala tektonik berupa berpindahnya massa kerak Bumi menjauhi pusat docking atau benturan melalui sesar-sesar/patahan mendatar yang besar atau melalui retakan kerak Bumi yang bersifat ekstensional, membuka. Maka “docking and post-docking tectonic escape” artinya gejala benturan dan gejala bergerak/ berpindahnya/ tersesarkannya massa kerak Bumi sesudah benturan terjadi.
Tectonic escape suka disebut juga Extrusion Tectonics (artinya mirip yaitu gerak ke luar, menjauh, ekstrusi, suatu segmen kerak Bumi menjauhi pusat benturan) dipelopori oleh beberapa ahli tektonik dari Prancis, Amerika, dan Turki: Tapponier, Molnar, Burke, Sengor. Mereka melihat gejala-gejala geologi regional di banyak tempat di seluruh dunia dan menemukan bahwa di sekitar area benturan biasanya ada segmen-segmen kerak Bumi yang bergerak menjauhinya sebagai bagian kompensasi tektonik, atau aksi-reaksi. Aksi adalah benturan/collision/docking, reaksi adalah post-collision tectonic escape/extrusion tectonics.
Saya membawa model-model geometri dan eksperimen-eksperimen para pelopor tectonic escape itu ke Sulawesi dan menemukan bahwa pembalikan busur-busur Sulawesi itu adalah gejala “post-collision tectonic escape”. Saya menggambarkan itu dalam kartun-kartun yang bisa dilihat di lampiran tulisan ini.
Beginilah kira-kira pembalikan itu terjadi.
SM IAGI UNG - Sulawesi - reversed arc curvature - Satyana 20061. 70-50 juta tahun yl (Ma) Pada awalnya, hanya ada Sulawesi Barat yang masih menjadi bagian Sundaland, dan tambahan massa kerak Bumi di sebelah timurnya. Sulawesi Barat kala itu adalah sebuah busur kepulauan/busur magmatic-volkanik hasil subduksi kerak samudera terhadapnya, busur kepulauan ini disertai juga jalur mélange dan ofiolit sebagai jalur subduksi. Pasangan jalur busur kepulauan/magmatic-volkanik dan jalur subduksi adalah hal biasa dalam tektonik lempeng, dan kita memiliki pasangan yang sama di Sumatra, Jawa, Kalimantan juga diseluruh dunia. Hanya, arah jalur-jalur ini, polaritasnya, curvature-nya selalu cembung ke arah samudera. Coba perhatikan semua jalur subduksi dan jalur magmatik modern Indonesia atau Ring of Fire selalu cembung ke arah Samudera Hindia atau Samudera Pasifik. Mengapa begitu, ini berhubungan dengan geometri benda bola/globe (teorema Euler).
2. 50-15 Ma, kondisi seperti di atas secara garis besar lama bertahan, tetapi dari waktu ke waktu terjadi perubahan signifikan yang pada intinya mengubah arah/polaritas kedua busur magmatik dan subduksi Sulawesi dari cembung ke arah samudera menjadi agak lurus, hal ini disebabkan perubahan-perubahan tektonik di sekitarnya seperti pembukaan Selat Makassar, pembukaan Teluk Bone, pembukaan Teluk Tomini/Cekungan Gorontalo, subduksi Laut Sulawesi. Subduksi yang miring ke arah benua pun (kira-kira ke arah barat saat itu) terjadi berkali-kali dan menghasilkan beberapa periode magmatik dan volkanik di Sulawesi bagian barat.
3. 15-5 Ma, periode signifikan bagi Sulawesi, pada kala ini terjadilah benturan, collision, docking dua mikrokontinen Australia ke arah Sulawesi dari sebelah tenggara (mikrokontinen Buton-Tukangbesi) dan dari sebelah timur (mikrokontinen Banggai-Sula). Pada periode ini diperkirakan terjadi pembalikan utama arah/polaritas busur-busur Sulawesi baik untuk busur magmatik maupun jalur subduksinya dari semula cembung ke arah samudera menjadi cekung ke arah samudera (ke arah timur pada kala ini). Pembalikan polaritas busur-busur Sulawesi ini secara frontal adalah akibat benturan mikrokontinen d Banggai-Sula yang membenturnya di titik pusat Sulawesi, di bagian tengah, di pivot point-nya, atau seolah di “pusar”-nya. Analoginya kalau Sulawesi itu ibarat orang yang membusungkan dada dan perutnya ke depan (cembung ke samudera), lalu tiba-tiba ia “ditonjok” di pusarnya, maka tentu ia akan membungkuk menahan sakit (mencekung ke samudera). Bentuk “K” Sulawesi diperkirakan terjadi di kala ini. Ia membalik dari cembung ke timur menjadi cekung ke timur. Pembalikan busur-busur Sulawesi itu terjadi melalui perpindahan massa kerak Bumi bernama “rotasi”, Lengan Tenggara berotasi melawan arah jarum jam sehingga membuka melebarkan Teluk Bone di sebelah baratnya, Lengan Utara berotasi searah jarum jam sehingga menutup Cekungan Gorontalo.
4. 5-0 Ma (sekarang), adalah periode finalisasi pembalikan busur-busur Sulawesi dan periode tectonic escape di Sulawesi. Sebagaimana diteorikan, mengikuti benturan/collision maka akan ada post-collision tectonic escape, maka setelah benturan Buton-Tukangbesi dan benturan Banggai-Sula, terjadilah tectonic escape berupa sesar-sesar mendatar besar yang meretakkan dan menggeser-geser Sulawesi. Sesar-sesar ini mengarah ke timur umumnya, yaitu ke arah free oceanic edge saat itu sebagaimana teori tectonic escape. Sesar-sesar mendatar besar Palu-Koro, Matano, Lawanopo, Kolaka, dan Balantak terjadi melalui mekanisme post-collision tectonic escape. Tectonic escape juga dimanifestasikan dalam bentuk retakan-retakan membuka, ekstensional, di dalam area benturan Banggai-Sula atau Buton-Tukangbesi.
---
Demikianlah, sampai akhirnya kita kini mendapatkan busur-busur atau lengan-lengan pembentuk Sulawesi cekung ke arah timur membentuk huruf “K”, padahal, menurut hemat saya, sebelumnya, paling tidak sampai 15 Ma, busur-busur Sulawesi cembung ke arah timur. Dalam skala pulau, Sulawesi adalah contoh terbaik di Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia, bagaimana fenomena collision dan post-collision tectonic escape terjadi.***
---
Source : Original post by Awang Satyana (on Facebook, August 20th 2014)

Prof. Masayuki Komatsu
Geological Mapping Course 8-28th September, 2014 (Credit 4) only for geology students of Gorontalo State University (semester 5 and higher).

Instructor: Prof. Masayuki Komatsu (Ehime University)

8 days consisting of 16 classes are for lecture and desk work in the room and 8 days of 16 classes are for training in the field or outside the room. Duration of 1 class is 90 min, and there are 2 classes in the morning. First class will start in the morning at 08.30 and end at 10.00, with a break for 20 min. And second class will start at 10.20 and end at 12.00.

Lectures and desk works (8 days)
  • Introduction to geology and geological mapping.
    • Topographic map: what topographic map is? Some exercises*
    • How to read topographic map: Imaging the feature of the map and draw cross-section of topographic maps.
  • Intersection of a boundary plane with topography.
    • A method to plot a boundary plane on a topographic map using the attitude in an outcrop.
    • Exercises: drawing a boundary plane on map.
  • Apparent dip problem:
    • Case 1: Determine true dip from strike + attitude of an apparent dip.
    • Case 2: Determine strike and dip from two apparent dips
    • Case 3: The three point problem
  • Methods of geological mapping ; field equipments and traversing.
    • What you observe in the field: sedimentary rocks and stratigraphy
    • Unconformity and the geological cross-section
    • Faults and folds
  • Description of strata and rocks (some more detail)
    • Igneous and metamorphic rocks
  • Geological mapping, making a route map and an areal map
    • Geological report
  • Introduction to the geology and geological evolution of Sulawesi.
    • Remarkable geo-sites around Gorontalo: carbonate rocks and their depositional system as evidence of rifting.
  • Active faults and collapsed structures : evidence of rapid uplifting
Field training (8 days)
  • How to measure a distance in the field - a method of pacing
    • Measurement of your pace and double paces in campus.
    • Measurement of campus roads and making a campus map using your double paces and compass-clinometer.
  • How to use copass-clinometer, and how to measure the attitude of planes and line in the field, including the basic training of geological mapping.
  • Geological excursion to North Gorontalo (or to Olele depending on conditions) to have a look of carbonates, Miocene volcanic rocks and sedimentary strata.
  • Geological mapping (1) along the bay-pass road around a village in Southeast Gorontalo to Bone river: Miocene volcanic rocks, granite, conglomerate and carbonates. Making a fair copy map (the same as in the case 2 to 5)**
  • Geological mapping (2) along Laksamana Martadinata street and along a path in the mountain: carbonates and volcanic rocks.
  • Geological mapping (3) along the North foot of the Southern mountain range in Gorontalo: granite, corbonates and superficial sediments with normal faults.
  • Geological mapping (4) Traverse over the ridge of the Southern mountain range in Gorontalo: from Dumbe to Kayubulan area.
  • Geological mapping (5) Traverse over the ridge from Donggala to Tontayu.
  • Option
Notice: The results of exercises* and all the fair copy of maps** that you have made are required to submit after the end of this course.

SM IAGI UNG - Are you ready for this two weeks course guys

SM IAGI UNG - Harus latihan dulu sebelum ke lapanganAhli geologi selalu melakukan pekerjaannya di lapangan. Baik itu survey pemetaan geologi atau pun pengukuran data geofisika. Sebelum berangkat, ahli geologi harus mempersiapkan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan lapangan untuk mendapatkan hasil yang optimal, diantaranya; kelengkapan alat dan bahan, pendukung kesehatan dan keselamatan kerja, dan terkadang perlu mengurus perizinan untuk mengunjungi daerah penelitian. Jenis peralatan yang diperlukan oleh seorang ahli geologi, bergantung dengan jenis kerja lapangan apa yang akan dia lakukan.

Berikut daftar peralatan geologi dan penjelasannya. Disini penulis membaginya menjadi 3 bagian; Perlengkapan umum, Perlengkapan sampling, dan Perlengkapan optional.

Perlengkapan umum
  1. Buku catatan lapangan | Berfungsi sebagai diary akademik. Semua data-data hasil observasi dan pengukuran, - maupun pemikiran, interpretasi awal, dan pertanyaan-pertanyaan direkam dalam buku catatan lapangan.
  2. Pensil | Ada 2 jenis pensil yang umum digunakan. Pensil mekanik dan pensil biasa. Pensil mekanik baik untuk pencatatan data dan label dalam sketsa, sedangkan pensil biasa cenderung lebih baik digunakan sebagai penanda beda ketebalan dan untuk pengarsiran dalam mensketsa singkapan.
  3. Pulpen | Kebanyakan ahli geologi jarang menggunakan pulpen di lapangan. Pulpen sulit untuk dihapus, kalaupun kita menggunakan penghapus tinta, itu dapat mengotori buku catatan kita. Pulpen tidak selalu dapat diandalkan dalam kondisi luar ruangan.
  4. Rautan | Pensil harus diraut agar tulisan kita terlihat rapi. Tapi jika pensil digunakan untuk mengarsir sketsa, sebaiknya gunakan yang sedikit tumpul.
  5. Pensil warna | Berfungsi sebagai penanda item tertentu (misalnya sampel). Bisa juga digunakan untuk menambah informasi yang lebih detil dalam sketsa singkapan.
  6. Penghapus | Digunakan untuk mengoreksi kesalahan dalam mencatat / mensketsa singkapan.
  7. Pita ukur | Dalam survey geologi, ada berbagai macam pita ukur yang disesuaikan dengan kebutuhan penyurvey. Pita ukur 30-50m untuk pengukuran skala besar, dan 2/5/10m untuk pengukuran skala kecil. Disarankan menggunakan pita ukur yang terbuat dari logam (retracting metal).
  8. Loupe | Berfungsi untuk melakukan pengamatan rinci untuk setiap jenis batuan dan fosil. Umumnya loupe hanya memiliki lensa 10x perbesaran, ada juga beberapa tipe yang memiliki lensa 10x dan 15x atau 20x pembesaran dalam satu loupe.
  9. Kompas-Klinometer | Alat ini digunakan untuk mengukur orientasi struktur geologi batuan (strike/dip, lineasi, plunge, rake, dll) di lapangan. Kompas-klinometer juga dapat digunakan bersamaan dengan peta topografi untuk menentukan lokasi yang akurat.
  10. Chart pembanding | Alat ini digunakan untuk mendapatkan data deskripsi semi-kuantitatif dari batuan di lapangan. Seperti; diagram klasifikasi batuan, ukuran butir, dan diagram warna.
  11. Peta | Berfungsi untuk penentuan atau plotting lokasi. Jenis-jenis peta yang relevan, seperti; peta geologi regional, peta topografi, peta lapangan, dan citra satelit.
  12. P3K | Berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama saat terjadi kecelakaan di lapangan.
  13. Backpack | Berfungsi sebagai tempat penyimpanan segala peralatan lapangan. Disarankan memilih backpack yang berkapasitas besar dan memiliki cover bag anti air.
  14. Bekal makanan dan minuman | Bekal yang dibawa haruslah disesuaikan dengan kebutuhan selama di lapangan.
  15. Suitable clothing | Disarankan menggunakan perlengkapan pakaian dan alas kaki yang dikhususkan untuk lapangan. Topi dan kaus tangan juga penting di saat-saat tertentu.
  16. Handphone, radior, atau telepon satelit | Sebagai alat komunikasi.
Perlengkapan sampling
    1. Palu geologi | Alat yang sangat penting saat melakukan kerja lapangan, baik untuk sampling dan, jika perlu, untuk membuat fresh surface dari batuan sehingga tekstur dan struktur mineral di dalamnya dapat dideskripsi dengan baik.
    2. Sample bag | Untuk menyimpan sampel batuan di lapangan.
    3. Chisel (pemahat) | Berfungsi untuk pengambilan sampel pada batuan yang tidak memiliki rekahan. Untuk sampling spesimen fosil atau mineral pada batuan kita bisa menggunakan chisel yang berukuran lebih kecil. Dan jika kita perlu melakukan pemahatan yang banyak, disarankan untuk menggunakan crack hammer (palu godam).
    Perlengkapan optional
    1. GPS | Global positioning systems menggunakan ultra high - frekuensi sinyal gelombang radio dari satelit, dan secara trigonometri menghasilkan kedudukan latitude dan longitude posisi kita di lapangan. GPS dapat diatur untuk sistem grid tertentu. Referensi global World Geodetic System 1984 (WGS84) adalah yang paling umum digunakan.
    2. Kamera | Berfungsi untuk mendokumentasikan singkapan, bentang geomorfologi, ataupun kondisi geologi tertentu yang dirasa penting dalam penelitian lapangan kita.
    3. Instrumen geofisika | Berbagai macam instrumen geofisika dapat digunakan untuk: mendeteksi dan mengkarakterisasi batuan bawah permukaan; mengukur perubahan relatif komposisi batuan; dan mengukur gerakan tanah yang berkaitan dengan gempa bumi dan gunungapi aktif. Instrumen tersebut termasuk resistivity, magnetometer, gravity meter, geophone, portable gamma ray spectrometer, magnetic susceptibility meter, dll.
    4. Jacob Staff | Terkadang sulit untuk mengukur ketebalan lapisan batuan yang miring dan terekspos di lereng bukit jika lereng bukit tidak memotong lapisan pada sudut 90°. Jacob Staff dan kompas - klinometer jenis Brunton dapat digunakan untuk mengukur bagian tersebut dengan cepat dan mudah. Juga dapat digunakan bersamaan untuk mendapatkan ukuran jarak vertikal yang akurat.
    5. HCl (Asam Klorida) | Dapat digunakan untuk menguji batuan karbonat.
    6. Clipboard | Membantu kita dalam menulis, sebagai bidang bantu dalam mengukur struktur batuan, dll.
    7. Teropong | Digunakan untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik terhadap singkapan yang tidak mungin untuk dicapai. Hal-hal yang dapat dilihat dari teropong adalah geometri patahan dan kontak batuan.
    8. Scratch/Streak Kit | Alat yang berguna dalam observasi mineral pada batuan. Menentukan skala kekerasan, warna cerat, dll.
    9. Poket Stereonet | Berfungsi untuk menganalisis langsung data struktur di lapangan.
    SM IAGI UNG - Geological tools
    Geological tools.
    sumber gambar: internet
    Demikian daftar peralatan geologi dan fungsinya. Semoga dapat membantu teman-teman mahasiswa geologi dalam mempersiapakan diri sebelum melakukan praktikum lapangan.

    Referensi:
    • Coe., A. L. (2010). Geological Field Techniques. John Wiley & Sons. ISBN : 978-1-4443-4823-1

    SM IAGI UNG - Radon gas or someone's fart?
    Mengenal Radon

    Radon adalah gas radioaktif alami yang tidak dapat dilihat, dibau, atau dirasa dan hanya dapat dideteksi dengan alat khusus. Radon dihasilkan dari peluruhan radioaktif radium, sedangkan radium sendiri dihasilkan dari peluruhan radioaktif uranium. Unsur-unsur radioaktif yang terjadi secara alami, diantaranya; uranium, torium, karbon, dan potasium, serta radon dan radium. Uranium adalah unsur pertama dalam serangkaian panjang peluruhan yang menghasilkan radium dan radon. Uranium disebut sebagai parent element (induk), sedangkan radium dan radon disebut daughter (turunan). Radon juga dapat membentuk elemen turunan saat meluruh, menghasilkan polonium.

    SM IAGI UNG - Produk turunan peluruhan Uranium

    Radioaktifitas umumnya diukur dalam picocuries (pCi). Satuan ukur ini dipakai pertama kali oleh fisikawan Perancis, Marie Curie, yang adalah seorang pelopor dalam penelitian tentang unsur radioaktif.

    1 pCi = peluruhan dua atom radioaktif per menit.

    Misalnya, sebuah rumah dengan paparan 4 picocuries radon per liter udara (4 pCi/L), akan menghasilkan sekitar 8 atau 9 atom peluruhan radon setiap menit dalam setiap liter udara. Rumah dengan ukuran 1.000 kaki persegi (92.9 meter persegi) dengan paparan 4 pCi/L radon, akan menghasilkan hampir 2 juta atom peluruhan radon di setiap menitnya.

    Radon terhadap kesehatan manusia

    Sumber gambar: internet
    Uranium terkonsentrasi di dalam tanah dan batuan, kadarnya bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Radon dapat langsung dihasilkan oleh erupsi gunungapi. Radon meluruh membentuk partikel radioaktif yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia jika terhirup. Menghirup gas radon dapat meningkatan resiko berkembangnya kanker pada saluran pernapasan, terutama paru-paru. Selain rokok, radon menyebabkan sedikitnya 2000 kematian akibat kanker paru-paru setiap tahun di Inggris.

    Variasi kadar radon

    Kadar radon di udara, dalam ruangan, tanah, dan air bisa sangat berbeda. Radon yang telah dilepaskan dapat dengan cepat terdilusi di atmosfer. Konsentrasi radon di udara terbuka biasanya sangat rendah dan mungkin tidak menimbulkan bahaya. Radon yang masuk ke dalam bangunan (yang kurang berventilasi), gua, tambang, dan terowongan bisa mencapai konsentrasi tinggi dalam situasi tertentu.
    • Kadar radon di udara berkisar antara kurang dari 0.1 pCi/L sampai 30 pCi/L, dengan rata-rata sekitar 0.2 pCi/L.
    • Radon dalam ruangan berkisar antara kurang dari 1 pCi/L sampai sekitar 3.000 pCi/L, dengan rata-rata sekitar 1.5 pCi/L.
    • Radon dalam tanah (udara yang menempati pori-pori dalam tanah) berkisar antara 20 atau 30 pCi/L samapai lebih dari 100.000 pCi/L.
    • Radon yang terlarut dalam air tanah berkisar antara sekitar 100 sampai hampir 3 juta pCi/L. 
    Mengapa tingkat kadar radon sangat bervariasi antara di udara, dalam ruangan, tanah, dan air? Mengapa beberapa rumah memiliki tingkat radon yang tinggi sementara rumah yang lain tidak? Semua dikontrol oleh karakteristik geologi radon!

    Uranium sebagai sumber

    Untuk memahami karakteristik geologi radon - di mana radon terbentuk, bagaimana cara pembentukannya, bagaimana cara radon berpindah - kita harus mulai dengan sumber utamanya dulu, uranium!!!

    Semua batuan mengandung beberapa unsur uranium, meskipun sebagian besar hanya dalam jumlah kecil - kurang lebih berkisar antara 1 ~ 3 parts per million (ppm) dari uranium. Secara umum, kandungan uranium dalam tanah kurang lebih sama dengan kandungan uranium dari batuan asalnya.

    Beberapa jenis batuan yang berkadar lebih tinggi dari rata-rata kandungan unsur uranium, termasuk (tapi tidak semua); light-colored volcanic rocks, granit, phospathic sedimentary rocks, serpih yang banyak mengandung material organik, dan batuan metamorf (dari keempat jenis batuan sebelumnya).

    Radioactive Mineral Resources Map of Indonesia (BATAN 2010)
    Radioactive Mineral Resources Map (BATAN 2010)
    Peta ini berhubungan dengan distribusi radon di Indonesia
    sumber gambar: geologi.iagi.or.id
    Semakin tinggi tingkat uranium di suatu daerah, semakin besar kemungkinan bahwa rumah di daerah tersebut terpapar kadar radon yang tinggi di setiap ruangan rumahnya. Tetapi, kadar radon di suatu rumah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, selain adanya kandungan unsur uranium di dalam tanah yang mendasari rumah tersebut.

    Pembentukan radon

    SM IAGI UNG - Peluruhan atom radium untuk menghasilkan radon
    Peluruhan radioaktif atom radium akan melepaskan
    partikel alfa dan membentuk atom radon yang baru.
    Seperti halnya uranium terkandung dalam setiap jenis batuan dan tanah, begitu juga radon dan radium, karena merupakan produk turunan dari peluruhan radioaktif uranium.

    Setiap atom radium, meluruh dengan cara mendepak keluar dari nukleusnya dan menghasilkan partikel alfa yang terdiri dari dua neutron dan dua proton. Sesaat partikel alpha dilepaskan, atom radon yang baru terbentuk mencelat (recoil) ke arah yang berlawanan (seperti senapan berkekuatan tinggi, mencelat ketika peluru ditembakkan). Alpha recoil adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi pelepasan radon dari butiran mineral.

    SM-IAGI UNG - Kedudukan atom radium dalam butiran mineral dan arah recoil dari atom radon menentukan apakah atom radon yang baru terbentuk bisa memasuki ruang pori antara butir mineralKedudukan atom radium dalam butiran mineral (seberapa dekat dari permukaan butiran) dan arah recoil dari atom radon (apakah ke arah permukaan atau ke interior butiran) menentukan apakah atom radon yang baru terbentuk bisa memasuki ruang pori antara butir mineral, dan kemudian lepas ke sistem biologi manusia.

    Perpindahan radon

    Karena radon adalah gas, mobilitas radon jauh lebih tinggi dari uranium dan radium. Radon dapat lebih mudah meloloskan diri melalui rekahan batuan dan ruang pori antara butiran tanah. Kemudahan inilah yang mempengaruhi tingkat kadar radon yang masuk ke dalam rumah.

    Kecepatan perpindahan radon melalui tanah dikontrol oleh faktor sifat fisik (kadar air, porositas, permeabilitas tanah) dan faktor meteorologi (tekanan barometrik, angin, kelembaban relatif, curah hujan). Radon bergerak lebih cepat melalui tanah yang permeabel (yang terdiri dari pasir dan kerikil), daripada melalui tanah yang kedap air (tanah liat).

    SM-IAGI UNG - permeabilitas batuan faktor penting dalam perpindahan radon di alam
    Permeabilitas batuan merupakan salah satu faktor penting dalam perpindahan radon di alam.
    Sebagian dari radon akan tertahan di dalam tanah hingga meluruh menjadi timah - sumber gambar: usgs.gov
    Radon masuk dalam bangunan

    Radon bergerak melalui ruang pori tanah dan rekahan pada batuan dekat permukaan, dan lepas ke atmosfer. Namun, bagaimana dengan rumah yang dibangun di atas tanah? Ada tiga hal utama yang mempermudah gas tanah masuk ke fondasi rumah kita:
    SM IAGI UNG - Radon dapat masuk ke rumah kita dari berbagai celah
    Radon dapat masuk ke rumah kita dari berbagai celah.
    sumber gambar: usgs.gov
    1. Perbedaan tekanan udara antara tanah dan rumah,
    2. Adanya bukaan di fondasi rumah, dan
    3. Peningkatan permeabilitas sekitar ruang bawah tanah (jika rumah anda memiliki ruang bawah tanah).
    Dalam membangung sebuah rumah, umumnya kita menggali tanah untuk dijadikan fondasi. Setelah fondasi tersusun, kerikil dan tanah biasanya digunakan sebagai lantai dasar (timbunan ruang antar fondasi), yang juga menghasilkan dan melepaskan radon. Kemudian setelah lantai selesai dibuat (ditutup menggunakan bahan semen), pasti akan ada celah antara lantai dan tanah yang telah diisi dengan material yang sering lebih permeabel dari tanah aslinya. Celah ini disebut disturbed zone, dimana radon dapat terakumulasi dengan kadar yang cukup tinggi.

    Radon dalam air

    SM IAGI UNG - Radon dalam airRadon juga dapat memasuki rumah melalui sistem perairan. Air di sungai dan waduk biasanya mengandung kadar radon yang sedikit, karena radon dapat langsung lepas ke atmosfer.

    Di Indonesia, air tanah digunakan sebagai sumber air utama untuk kepentingan umum dan rumahan. Radon terdistribusi ke dalam ruangan ketika kita sedang menggunakan air (mandi, mencuci pakaian/piring), dan bahkan kita sering malakukan aktifitas tersebut di tempat yang tertututp, yang memungkinkan radon terakumulasi dengan kadar yang lebih tinggi.

    Potensi radon

    Para ilmuwan mengevaluasi potensi radon dari suatu daerah dan membuat peta potensi radon dengan menggunakan berbagai data. Data ini termasuk konten uranium atau radium (dari tanah tanah batuan dasar) dan data permeabilitas dan kelembaban tanah. Peta-peta ini jarang tersedia secara umum, seperti; peta geologi, peta radioaktivitas permukaan, dan peta sebaran tanah, dll.

    Sebagai contoh, sebuah peta geologi menunjukkan pola sebaran jenis batuan dan struktur geologi di daerah tertentu. Karena setiap jenis batuan memiliki kadar unsur uranium yang berbeda-beda, peta geologi dapat memberikan informasi kepada seorang ahli geologi tentang tingkatan umum uranium atau radium yang ada di daerah tersebut.
    ***
    Demikian ulasan tentang bahaya gas radon, semoga tulisan ini dapat memberikan informasi pengetahuan, dan membuat kita lebih sadar akan bahaya kondisi geologi lingkungan disekitar kita.

    Source: Geologi Gas Radon / Dampak Terhadap Lingkungan
    Referensi
    • Selinus, O., Alloway, B., Centeno, J.A., et al. (2005). “Essentials of Medical Geology: Impacts of the Natural Environment on Human Health.” Elseveir & Academic Press. SBN: 0-12-636341-2.

    SM-IAGI UNG

    {picture#https://pbs.twimg.com/profile_images/497585628695891970/5H6NQcSq.jpeg} SM-IAGI UNG | Seksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia Universitas Negeri Gorontalo | Ekstraksi - Konservasi - Mitigasi {facebook#http://www.facebook.com/smiagiung} {twitter#http://twitter.com/smiagiung} {google#http://plus.google.com/+SMIAGIUNG} {pinterest#http://www.pinterest.com/smiagi} {youtube#http://www.youtube.com/channel/UC6ajXFGGmFmwwt-fsxNqsigL} {instagram#http://instagram.com/smiagiung}
    Powered by Blogger.